Pahala shadaqah juga sampai kepada orang mati sebagaimana
do’a, dan memberikan manfaat bagi orang mati. Sebagai tanbahan dari pernyataan
sebelumnya maka berikut diantara hadits dan juga pendapat ‘ulama Syafi’iyah
lainnya tentang bermanfaatnya shadaqah untuk orang mati. Dalam riwayat Imam
Muslim disebutkan :
أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله إن
أمي افتلتت نفسها ولم توص وأظنها لو تكلمت تصدقت أفلها أجر إن تصدقت عنها قال نعم
“Sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam, kemudian ia berkata ; “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia (mendadak) namun ia belum sempat
berwasiat, dan aku menduga seandainya sempat berkata-kata ia akan bershadaqah,
apakah ia akan mendapatkan pahala jika aku bershadaqah atas beliau ?, Nabi
kemudian menjawab ; “Iya (maka bershadaqahlah, riwayat lain)”.[1]
Ketika mengomentari hadits ini, Imam an-Nawawi rahimahullah
mengatakan :
وفي هذا الحديث : أن الصدقة عن الميت تنفع الميت ويصله ثوابها
، وهو كذلك بإجماع العلماء ، وكذا أجمعوا على وصول الدعاء وقضاء الدين بالنصوص
الواردة في الجميع ، ويصح الحج عن الميت إذا كان حج الإسلام ، وكذا إذا وصى بحج
التطوع على الأصح عندنا ، واختلف العلماء في الصواب إذا مات وعليه صوم ، فالراجح
جوازه عنه للأحاديث الصحيحة فيه
“Pengertian dalam
hadits ini adalah bahwa shadaqah dari mayyit bermanfaat dan pahalanya sampai
kepada mayyit, dan hal itu dengan ijma’ ulama, sebagaimana juga ulama ber-ijma’
atas sampainya pahala do’a dan membayar hutang berdasarkan nas-nas yang telah
warid didalam keseluruhannya, dan juga sah berhaji atas mayyit apabila haji
Islam, dan seperti itu juga ketika berwasiat haji sunnah berdasarkan pendapat
yang ashah (lebih sah), dan Ulama berikhtilaf tentang pahala orang yang
meninggal dunia namun memiliki tanggungan puasa, pendapat yang rajih (lebih
unggul) memperbolehkannya (berpuasa atas namanya) berdasarkan hadits-hadits
shahih tentang hal itu”. [2]
وأما ما حكاه أقضى القضاة أبو الحسن الماوردي البصري الفقيه
الشافعي في كتابه الحاوي عن بعض أصحاب الكلام من أن الميت لا يلحقه بعد موته ثواب
فهو مذهب باطل قطعا وخطأ بين مخالف لنصوص الكتاب والسنة وإجماع الأمة فلا التفات
إليه ولا تعريج عليه
“Adapun mengenai yang dikisahkan oleh Qadli dari pada qadli
Abul Hasan al-Mawardi al-Bashriy al-Faqih asy-Syafi’i didalam kitabnya
(al-Hawiy) tentang sebagian ahli bicara yang menyatakan bahwa mayyit tidak bisa
menerima pahala setelah kematiannya, itu adalah pendapat yang bathil secara
qath’i dan kekeliruan diantara mereka berdasarkan nas-nas al-Qur’an, as-Sunnah
dan kesepakatan (ijma’) umat Islam, maka tidak ada toleransi bagi mereka dan
tidak perlu di hiraukan. [3]
Banyak penjelasan kitab-kitab syafi’iyah yang senada dengan
hal diatas. Hal yang juga perlu di garis bawahi disini adalah bahwa seseorang
bisa memperolah manfaat dari amal orang lain.
CATATAN KAKI :
[1] Shahih Muslim no. 1672 ( Bab sampainya pahala shadaqah
dari mayyit atas dirinya) dan no. 3083 (Bab sampainya pahala shadaqah kepada
mayyit), dalam bab ini Imam Muslim mencantum beberapa hadits lainnya yang
redaksinya mirip ; Mustakhraj Abi ‘Awanah no. 4701.
[2] Lihat ; Syarah Shahih Muslim [3/444] Imam Nawawi
[3] Lihat ; Syarah Shahih Muslim [1/89-90] ;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar